Semarang, 7 Agustus 2025 — Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) menggelar kuliah tamu internasional bertajuk “School Lunches and Food & Nutrition Education in Japan”, menghadirkan pakar gizi dari Jepang, Prof. Satoko Okabe dari Koriyama Women’s University. Kegiatan ini menjadi bagian dari program World Class University Undip sekaligus membekali mahasiswa dengan perspektif global dalam edukasi dan intervensi gizi anak usia sekolah.

Dalam presentasinya, Prof. Okabe membagikan gambaran komprehensif mengenai sistem makan siang sekolah (school lunch) di Jepang, yang tidak hanya berfungsi sebagai penyedia makanan bergizi, tetapi juga menjadi media pembelajaran lintas disiplin yang terintegrasi dengan kurikulum.

Prof. Okabe menjelaskan bagaimana Jepang telah melewati tiga era tantangan gizi: dari kelaparan, ke era kelebihan gizi akibat pertumbuhan ekonomi, hingga era saat ini yang menghadapi tantangan kompleks seperti penuaan populasi dan menurunnya angka kelahiran. Dalam konteks ini, edukasi gizi menjadi penting untuk menjaga kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.

Salah satu metode edukasi yang menarik di sekolah dasar Jepang adalah pendekatan “warna makanan”, sebagai contoh:

  • Kuning untuk sumber energi seperti nasi dan minyak,
  • Merah untuk pembentuk tubuh seperti daging dan susu,
  • Hijau untuk pengatur metabolisme seperti sayur dan buah.

Metode ini disampaikan melalui pembelajaran visual, praktik langsung saat makan siang, hingga penanaman etika makan seperti cara memegang sumpit yang benar.

Dalam sesi tersebut, Prof. Okabe juga menunjukkan rincian standar gizi makan siang berdasarkan kelompok usia anak. Sebagai contoh, kebutuhan kalori anak usia 6–7 tahun ditetapkan sekitar 530 kcal, dan terus meningkat seiring usia. Kandungan gizi lainnya seperti zat besi, vitamin C, dan serat juga telah ditetapkan dengan ketat oleh pemerintah Jepang, dan menjadi acuan utama dalam merancang menu makan siang di sekolah. Menu pun disusun dengan mempertimbangkan musim, bahan pangan lokal, dan nilai ekonomi, sehingga tidak hanya bergizi tetapi juga mendukung ketahanan pangan lokal. Rata-rata biaya makan siang sekitar 294 yen/porsi atau sekitar Rp33.000,00/porsi.

Tidak kalah penting, Prof. Okabe menekankan bahwa Jepang memiliki sistem pengawasan ketat terkait kebersihan dapur sekolah dan keamanan makanan. Semua pekerja kantin diwajibkan cuci tangan sesuai standar, mengenakan pakaian steril, serta menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Bahkan, sekolah diharuskan menyimpan sampel makanan di freezer hingga dua minggu sebagai bentuk antisipasi jika terjadi insiden keracunan.

Untuk anak dengan alergi makanan, disediakan makanan khusus dengan pengawasan ketat dan pelabelan warna sesuai jenis alergi. Sistem multi-check oleh ahli gizi, guru, dan orang tua juga dilakukan untuk memastikan keamanan konsumsi.

Hal yang menarik dari penjelasan terkait keamanan pangan ini yaitu Kepala Sekolah akan menjadi orang pertama yang mengonsumsi makanan yang dibuat untuk makan siang ini di sekolah. Kepala sekolah akan mengonsumsinya 30 menit sebelum makanan dikonsumsi oleh siswa. Kepala sekolah pada saat mengonsumsi makanan ini juga melakukan cek akhir terhadap kualitas makanan seperti ada atau tidak cemaran pada pangan, terutama cemaran fisik, serta rasa, aroma dan warna makanan apakah sudah sesuai dengan standar. Hal ini mencerminkan Kepala Sekolah sebagai pimpinan di sekolah bertanggung jawab penuh terhadap makanan yang disajikan. Jika ada masalah pada makanan maka, Kepala Sekolah yang pertama kali akan merasakan.

Melalui pendekatan menyeluruh, Jepang berhasil menekan faktor risiko penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, dan diabetes sejak dini. Prof. Okabe menunjukkan data penurunan risiko mortalitas berdasarkan pola konsumsi buah dan sayur yang baik — hal yang bisa menjadi refleksi penting bagi edukasi gizi di Indonesia.

Kegiatan yang dipandu oleh Ahmad Syauqy, S.Gz., M.P.H., PhD, RD ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari Program Sarjana, Profesi Dietisien, hingga Magister Ilmu Gizi FK Undip. Ketua Departemen Ilmu Gizi, Gemala Anjani, S.P., M.Si., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan harapan agar mahasiswa dapat mengambil inspirasi dari sistem Jepang yang berorientasi pada pembentukan kebiasaan makan sehat sejak usia dini.

Guest lecture ini juga menjadi bagian dari misi internasionalisasi Departemen Ilmu Gizi FK Undip dalam mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga peka terhadap praktik terbaik global di bidang gizi dan kesehatan masyarakat.