Semarang, 1 Juli 2025 — Di tengah padatnya kawasan urban Kelurahan Tembalang, sepuluh mahasiswa Universitas Diponegoro yang tergabung dalam Tim KKNT 117 Kelompok 2 menorehkan kisah pengabdian yang berakar dari keresahan akan rendahnya kualitas sanitasi di lingkungan indekos. Mengusung tema “Optimalisasi Higienitas dan Sanitasi di Wilayah Indekos Universitas Diponegoro”, tim ini melaksanakan pengabdian di RT 02 RW 03, Kelurahan Tembalang, dengan pendekatan lintas disiplin yang tidak hanya solutif, tetapi juga partisipatif dan berkelanjutan. Inisiatif ini bukan sekadar menjalankan program kerja—melainkan menjalin relasi sosial, menggali kebutuhan nyata warga, dan menciptakan perubahan yang terasa langsung di lapangan.
Tembalang, sebagai kawasan yang dihuni mayoritas mahasiswa dan pekerja, memiliki karakteristik lingkungan indekos yang padat dan kompleks. Tim KKN menemukan sejumlah persoalan mendasar: mulai dari sanitasi kamar mandi yang kurang layak, ventilasi yang buruk, hingga rendahnya kesadaran penghuni kos terhadap kebersihan lingkungan. Menjawab tantangan ini, mereka meluncurkan program tematik bertajuk SAKTI (Sanitasi Aktif Kos Tertib dan Ideal) yang menyentuh berbagai aspek, mulai dari edukasi pencatatan keuangan kos, pemilahan sampah, pencegahan penyakit, hingga penataan ruang dan ventilasi. Tak hanya teori, mereka juga langsung turun tangan dengan pemasangan label “Kos Sehat” sebagai insentif simbolis bagi kos-kosan yang berkomitmen menjaga kebersihan. Program edukasi kesehatan menjadi elemen kunci lainnya. Mahasiswa dari Fakultas Kedokteran memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan, penyimpanan makanan yang higienis, serta pemeriksaan tekanan darah dan komposisi tubuh penghuni kos. Langkah ini menjadi pengingat bahwa lingkungan bersih dan gaya hidup sehat adalah dua sisi dari koin yang sama.
Tak berhenti di situ, melalui tema lanjutan BERSIH (Budaya Edukasi dan Rutin Sehatkan Individu Harian), mahasiswa mendorong perubahan perilaku sehari-hari penghuni kos. Program RINTIK yang mengedukasi tentang pencatatan konsumsi plastik harian, serta edukasi tentang decluttering untuk menjaga kebersihan kamar, menjadi bentuk nyata dari kampanye kecil yang berdampak besar. Puncak dari kegiatan mereka adalah Workshop Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik di Balai Kelurahan Tembalang. Kegiatan ini menghadirkan ibu-ibu PKK, pemilik kos, hingga perangkat kelurahan, dan menjadi ruang belajar bersama yang aplikatif. Para peserta belajar membuat eco-enzyme, memilah sampah, hingga memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi produk ramah lingkungan. Antusiasme warga menunjukkan bahwa perubahan dapat tumbuh jika pendekatan dilakukan dengan empati dan kolaborasi.
Selain program utama, Tim KKN juga menyatu dalam aktivitas sosial kemasyarakatan: mulai dari piket pelayanan di kantor kelurahan, penyuluhan pemberantasan jentik nyamuk, hingga cek kesehatan warga. Mereka hadir bukan hanya sebagai mahasiswa yang “mengabdi”, tetapi sebagai bagian dari komunitas yang ikut mendengar, membantu, dan tumbuh bersama. Tim ini terdiri dari mahasiswa berbagai disiplin ilmu—mulai dari Ekonomi, Gizi, Teknik Sipil, hingga Ilmu Sejarah dan Kelautan. Keberagaman ini menjadi kekuatan utama, memperkaya perspektif, dan memperluas jangkauan solusi. Setiap program yang dijalankan merupakan hasil kolaborasi lintas bidang yang dirancang dengan cermat dan dilandasi empati.
KKN ini menjadi lebih dari sekadar program akademik. Bagi mereka, ini adalah proses belajar menjadi manusia yang lebih peka dan peduli. “Kami datang membawa niat untuk mengabdi, tapi justru warga Tembalang-lah yang memberi pelajaran hidup kepada kami,” ungkap salah satu anggota tim.
Saat masa pengabdian berakhir, tim KKN 117 Kelompok 2 berpamitan dengan rasa haru. Namun, kisah mereka tidak berhenti di Tembalang. Jejak-jejak perubahan yang mereka tinggalkan akan terus hidup, menjadi inspirasi bagi generasi mahasiswa berikutnya yang akan menapaki jalan pengabdian yang sama.