Gambar 1 Serah Terima Produk Ekado kepada Bapak Kepala Desa Purworejo

Link foto: Foto Serah Terima Produk Ekado

Demak, 29 Juni 2025 – Kreativitas mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) dalam program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) SDGs 2025 berhasil mengangkat potensi lokal Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak menjadi produk pangan inovatif bernama “Ekado”. KKN-T SDGs Universitas Diponegoro dari Tim 25 Kelompok 01 yang terdiri dari 10 mahasiswa yang berasal dari fakultas yang beragam ini mengembangkan camilan sehat berbasis ikan bandeng dan udang rebon yang kaya akan kandungan gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Latar Belakang Program: Mengoptimalkan Potensi Pesisir yang Terpendam

Desa Purworejo, Kabupaten Demak, memiliki kekayaan alam pesisir yang melimpah, terutama dari ekosistem mangrove serta hasil perikanan seperti ikan bandeng dan udang rebon. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterbatasan dalam inovasi pengolahan menyebabkan rendahnya nilai jual produk lokal, padahal bahan baku berkualitas tersedia melimpah di lingkungan sekitar. Melihat kesenjangan ini, mahasiswa Universitas Diponegoro melalui program KKN Tematik SDGs 2025 merancang kegiatan bertema “Pemanfaatan Mangrove sebagai Sumber Pangan Berkelanjutan.” Program ini tidak hanya berfokus pada inovasi pangan seperti pembuatan ekado berbasis bandeng dan rebon, tetapi juga mengintegrasikan aspek edukasi gizi, pemberdayaan UMKM, dan peningkatan nilai ekonomi lokal.

Kegiatan ini secara langsung mendukung pencapaian berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), di antaranya: pengurangan kemiskinan (SDG 1), ketahanan pangan (SDG 2), peningkatan gizi masyarakat (SDG 3), penciptaan lapangan kerja layak (SDG 8), produksi bertanggung jawab (SDG 12), pelestarian ekosistem laut (SDG 14), serta penguatan kemitraan antara masyarakat, perguruan tinggi, dan pemerintah (SDG 17). Dengan pendekatan holistik yang mencakup aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi (people, planet, profit), program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan masyarakat pesisir yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di wilayah lain.

Kronologis Pelaksanaan: Dari Konsep hingga Produk Siap Jual

Program dimulai dengan tahap persiapan dan riset, di mana Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 melakukan survei mendalam terhadap potensi lokal dan kebutuhan masyarakat Desa Purworejo. Analisis mencakup identifikasi bahan baku yang tersedia, preferensi rasa masyarakat, serta peluang pasar untuk produk olahan perikanan. Berdasarkan hasil riset tersebut, dikembangkanlah dua varian produk inovatif berbasis pangan laut, yaitu Ekado Bandeng (kode 531) dan Ekado Rebon (kode 412). Ekado bandeng menggunakan daging ikan bandeng pilihan yang dicampur rempah-rempah lokal, sedangkan ekado rebon menggunakan udang rebon segar sebagai bahan utama. Kedua produk dirancang dengan komposisi yang terstandarisasi, terdiri dari adonan utama, isian telur puyuh, dan kulit pangsit sebagai pembungkus, lalu digoreng hingga renyah. Implementasi kegiatan dilakukan secara partisipatif melalui demonstrasi pembuatan ekado yang melibatkan 35 ibu-ibu PKK, dengan lima di antaranya aktif mengikuti praktik langsung hingga berhasil menghasilkan 70 buah ekado dalam satu kali kegiatan.

Keterlibatan Masyarakat: Kolaborasi yang Produktif

Gambar 2 Partisipasi Aktif Ibu-Ibu PKK selama Keberjalanan Acara

Link foto: Partisipasi Aktif Ibu-Ibu PKK selama Keberjalanan Acara

Antusiasme masyarakat Desa Purworejo terhadap program ini sangat tinggi. Selama ini, sebagian besar warga hanya menjual ikan bandeng dalam bentuk mentah atau mengolahnya secara sederhana menjadi ikan goreng atau balado. Melalui pendampingan yang diberikan oleh mahasiswa KKN-T SDGs UNDIP, mereka mendapatkan wawasan baru tentang cara mengolah hasil perikanan menjadi produk yang lebih bernilai ekonomi. Hal ini terlihat dari tingginya partisipasi warga, di mana sebanyak 35 ibu-ibu PKK mengikuti pelatihan pembuatan ekado, dan 18 di antaranya turut serta dalam uji organoleptik untuk menilai kualitas produk. Sebanyak 70 pamflet resep standar juga berhasil didistribusikan sebagai bahan edukasi lanjutan di rumah. Tidak hanya mengikuti pelatihan secara pasif, masyarakat juga terlibat aktif dalam sesi diskusi dan memberikan masukan yang konstruktif untuk penyempurnaan produk. Banyak dari mereka menyatakan minat untuk menjadikan ekado sebagai produk jualan rumahan, menandakan adanya semangat kewirausahaan yang tumbuh dari kegiatan ini.

Edukasi Gizi: Meningkatkan Literasi Pangan Masyarakat

Program ini tidak hanya berfokus pada pengolahan pangan melalui inovasi produk, tetapi juga menekankan pentingnya edukasi gizi kepada masyarakat. Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 menyampaikan informasi secara komprehensif mengenai kandungan nutrisi dalam produk ekado melalui pamflet edukatif yang dirancang sederhana dan mudah dipahami. Berdasarkan hasil analisis, satu porsi ekado yang terdiri dari tiga buah mengandung sekitar 188,9 kilokalori energi, 22,6 gram protein, 6,3 gram lemak, dan 9,7 gram karbohidrat. Informasi ini disampaikan agar masyarakat memahami bahwa ekado bukan sekadar camilan biasa, tetapi juga merupakan makanan bergizi yang dapat menunjang pemenuhan kebutuhan nutrisi harian. Dengan demikian, masyarakat diajak untuk lebih sadar akan pentingnya memilih makanan yang tidak hanya enak dan mengenyangkan, tetapi juga sehat dan seimbang secara nutrisi.

Uji Organoleptik: Inovasi Metode Evaluasi Produk Bersama Masyarakat

Gambar 3 Ibu-Ibu PKK Melakukan Praktik Uji Organoleptik

Link foto: Ibu-Ibu PKK Melakukan Praktik Uji Organoleptik

Salah satu kegiatan yang paling mencuri perhatian dan antusiasme warga adalah implementasi uji organoleptik yang melibatkan langsung ibu-ibu PKK sebagai panelis. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai validasi ilmiah kualitas produk, tetapi juga sebagai transfer pengetahuan metode evaluasi produk pangan kepada masyarakat.

Metodologi Uji yang Partisipatif

Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 merancang uji organoleptik dengan pendekatan partisipatif, melibatkan 18 ibu PKK yang dipilih berdasarkan pengalaman mereka dalam mengolah makanan sehari-hari. Kedua produk dikodekan untuk menjaga objektivitas: Ekado Bandeng (Kode 531) dan Ekado Rebon (Kode 412). Pada awalnya, sebagian ibu-ibu peserta kegiatan belum familiar dengan istilah “organoleptik.” Namun setelah dijelaskan bahwa metode ini merupakan cara ilmiah untuk menilai kualitas makanan berdasarkan rasa, aroma, tekstur, dan penampilan, seperti yang sering mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, antusiasme mereka pun meningkat. Kegiatan pun berlangsung interaktif, dengan para peserta secara aktif terlibat dalam memberikan penilaian terhadap produk ekado yang telah disiapkan.

Proses Evaluasi Enam Parameter Kunci

Sebagai bagian dari validasi mutu sensorik produk, Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 melakukan uji organoleptik terhadap dua varian ekado: Ekado Rebon (kode 412) dan Ekado Bandeng (kode 531). Sebanyak 18 panelis dari kalangan ibu-ibu PKK dilibatkan dalam proses evaluasi ini. Sebelum pengujian, para panelis mendapat pelatihan singkat mengenai metode hedonik testing dengan menggunakan skala penilaian 1 hingga 5, mulai dari “sangat tidak suka” hingga “sangat suka.” Pengujian difokuskan pada enam parameter utama yang menjadi indikator kualitas sensorik suatu produk pangan. Parameter pertama adalah warna (visual appeal), yang mencerminkan daya tarik tampilan produk dan konsistensi warna antar sampel. Kedua, aroma (fragrance) dinilai berdasarkan kekuatan dan kesedapan bau yang tercium saat produk disajikan. Ketiga, rasa (taste) menjadi aspek krusial yang mencerminkan cita rasa dan keseimbangan bumbu. Keempat, tekstur (mouthfeel) dievaluasi dari kerenyahan kulit pangsit dan kelembutan isian di dalamnya. Kelima, aftertaste (after effect) mencerminkan kesan rasa yang tertinggal setelah produk dikonsumsi. Terakhir, kesan keseluruhan (overall acceptability) menjadi penilaian komprehensif apakah produk layak dikonsumsi dan berpotensi untuk dikomersialkan.

Hasil Uji: Validasi Ilmiah Daya Terima Produk

Gambar 4 Hasil Rekap Uji Organoleptik Ekado Berbahan Rebon

Gambar 5 Hasil rekap Uji Organoleptik Berbahan Bandeng

Link hasil: HASIL REKAP UJI ORGANOLEPTIK.pdf

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua varian ekado mendapat nilai tinggi di hampir semua parameter. Pada Ekado Rebon (kode 412), skor rata-rata yang diperoleh adalah:

  1. Warna: 3,83/5 (Suka)
  2. Aroma: 3.88/5 (Suka)
  3. Rasa: 4,11/5 (Suka)
  4. Tekstur: 3,88/5 (Suka)
  5. Aftertaste: 3,94/5 (Suka)
  6. Keseluruhan: 4/5 (Suka)
  7. Keunggulan: Cita rasa udang yang khas dan warna menarik

Keunggulan dari ekado rebon terletak pada cita rasa udang yang kuat dan warna tampilan yang menarik, menjadikannya pilihan yang disukai oleh mayoritas panelis.

Sementara itu, Ekado Bandeng (kode 531) memperoleh skor sebagai berikut:

  1. Warna: 3,66/5 (Suka)
  2. Aroma: 3,94/5 (Suka)
  3. Rasa: 4/5 (Suka)
  4. Tekstur: 3,88/5 (Suka)
  5. Aftertaste: 3,83 (Suka)
  6. Keseluruhan: 4,11/5 (Suka)
  7. Keunggulan: Aroma yang menggugah selera dan kesan premium

Produk ini dinilai unggul dalam hal aroma yang menggugah selera dan rasa keseluruhan yang memberikan kesan premium dibandingkan produk olahan rumah tangga pada umumnya.

Interpretasi Hasil

Berdasarkan rata-rata skor yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kedua varian ekado diterima dengan baik oleh panelis dan memiliki peluang tinggi untuk dikembangkan sebagai produk usaha rumahan. Tidak ada parameter yang mendapatkan nilai di bawah 3,5, yang menandakan stabilitas mutu organoleptik pada kedua produk. Dengan skor keseluruhan di atas 4, ekado dapat dikategorikan sebagai produk yang disukai konsumen, dan dengan sedikit penyempurnaan, memiliki potensi besar untuk dipasarkan secara lebih luas sebagai oleh-oleh khas atau produk UMKM unggulan Desa Purworejo.

Transfer Pengetahuan: Memberdayakan Masyarakat dengan Metode Ilmiah

Yang membuat program ini menjadi istimewa adalah diperkenalkannya metode uji organoleptik sebagai alat bantu quality control dalam usaha rumahan. Melalui pelatihan ini, para peserta diajarkan bagaimana cara menilai makanan secara sistematis berdasarkan pendapat konsumen, bukan hanya mengandalkan selera pribadi. Pendekatan ini membuka wawasan baru bagi masyarakat bahwa evaluasi sensorik dapat dilakukan secara rutin dan terukur, sehingga kualitas produk dapat terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan selera pasar. Dalam kegiatan ini, Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai cara mengevaluasi kualitas produk pangan secara sistematis. Materi mencakup pengenalan konsep uji kesukaan (hedonik), teknik untuk menghindari bias penilaian, serta cara membaca dan memanfaatkan hasil evaluasi sebagai dasar perbaikan produk. Pelatihan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga dilengkapi dengan praktik langsung yang aplikatif untuk mendukung pengembangan usaha rumahan.

Dampak Jangka Panjang: Quality Assurance Berbasis Masyarakat

Pelatihan uji organoleptik yang diberikan oleh Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 menjadi langkah penting dalam mendukung pengembangan usaha pangan rumahan masyarakat. Melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya belajar mengontrol kualitas produk, tetapi juga memahami pentingnya menyesuaikan produk dengan selera konsumen serta membangun kepercayaan diri dalam pemasaran. Pendekatan ilmiah dan partisipatif yang digunakan menjadikan pelatihan ini sebagai model pemberdayaan yang relevan untuk diterapkan di berbagai daerah, khususnya dalam mendorong inovasi berbasis potensi lokal.

Harapan Masyarakat: Menuju Desa Mandiri Ekonomi

Program multidisiplin Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 yang dilaksanakan di Desa Purworejo mendapat respon positif dari masyarakat, yang tidak hanya antusias mengikuti kegiatan, tetapi juga mulai membangun kesadaran akan potensi pengembangan usaha secara berkelanjutan. Muncul berbagai harapan dari warga agar program ini tidak berhenti pada pelatihan teknis semata, melainkan dilanjutkan dengan pendampingan jangka panjang, khususnya dalam aspek pemasaran, manajemen usaha, serta legalitas produk. Masyarakat juga menyampaikan aspirasi untuk memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana promosi dan distribusi, sehingga produk lokal seperti ekado dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan kompetitif.

Dampak dan Keberlanjutan Program

Program KKN-T ini membuktikan bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi nyata dalam upaya pemberdayaan ekonomi lokal. Produk ekado kini menjadi inovasi pangan pertama berbasis mangrove di Desa Purworejo yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai oleh-oleh khas daerah. Kelompok 01 dari Tim 25 KKN-T SDGs Universitas Diponegoro 2025 berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat dalam mengembangkan produk ini secara berkelanjutan. Rencana pengembangan ke depan mencakup perbaikan desain kemasan agar lebih menarik, standarisasi proses produksi untuk menjaga kualitas, serta pembukaan jalur pemasaran yang lebih luas melalui berbagai platform.

Untuk menjaga kesinambungan program, tim KKN juga merencanakan koordinasi lanjutan dengan pemerintah desa dan kabupaten sebagai upaya memperkuat dukungan kelembagaan. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pemanfaatan sumber daya alam lokal yang dikombinasikan dengan inovasi dan pendampingan berkelanjutan dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di Indonesia.

Narahubung: Tim KKN-T SDGs 2025 UNDIP Tim 25 Kelompok 01 | Email: kkntpurworejoklp1@gmail.com | Humas: 081228550071 (Nawal)