Dangke, Keju Lokal Khas Enrekang Sulawesi Selatan yang Sudah Mendunia

[GIZIKLOPEDIA]

[Seputar Info : Keju dangke sebagai produk keju tradisional khas Indonesia dengan berbagai manfaat]

Hai Nutrilicious!

Bertemu lagi dengan Giziklopedia di bulan Oktober, nih..

Kira-kira kali ini kita akan membahas tentang apa ya?

Nah, kali ini Giziklopedia akan membahas tentang kaju dangke.. Wah siapa nihh yang suka banget sama keju? Ternyata di Indonesia juga memiliki produk keju tradisional loh…

Pasti pensaran banget kan, apa sih keju dangke itu? Yuk, Langsung aja simak penjelasannya di bawah ini!!!

Dangke adalah sejenis keju semi padat dengan berbahan dasar susu sapi segar atau susu kerbau yang biasa ditemui pada pasar tradisional. Dangke merupakan keju lokal yang berasal dari Kabupaten Enrekang, Selawesi Selatan. Nama dangke berasal dari Bahasa Belanda “dank u wel” yang artinya terima kasih. Menurut cerita, penduduk asli Sulawesi Selatan mempersembahkan dangke kepada Belanda saat kunjungan pertama kali ke Sulawesi Selatan, lalu salah seorang Belanda berkata “dank je” atau kependekan dari “dank u wel”, sehingga penduduk lokal sekarang menyebutnya dengan dangke. 1,2

Dangke tidak hanya disukai oleh masyarakat Enrekang saja, tetapi banyak orang dari luar wilayah bahkan mancanegara juga menyukai dangke. Produksi dangke semakin meningkat karena banyaknya permintaan dari konsumen di luar Sulawesi Selatan, bahkan permintaan ekspor dangke juga tinggi yaitu di negara Brunei Darussalam dan Malaysia.3

Proses pembuatan dangke dilakukan secara tradisional melalui pemanasan susu dengan ditambahkan getah pepaya. Kemudian, setelah dadih mengalami penggumpalan dilakukan penyaringan untuk memisahkan dadih dengan airnya menggunakan tempurung kelapa yang sekaligus sebagai alat pencetak dangke. Setelah proses pembentukan, dangke dikemas dengan menggunakan daun pisang. Pengemasan dangke menggunakan daun pisang sekaligus menjadi ciri khas dari produk dangke oleh masyarakat Enrekang.3,4

Penduduk kabupaten Enrekang umumnya mengkonsumsi dangke sebagai lauk pauk pendamping nasi dan juga sebagai pangan selingan yang disantap dengan mencampurkan dangke dan sambal jeruk nipis atau gula aren.5 Pada penelitian yang telah dilakukan, dangke memiliki kadar protein 17,20%; air 45,75%; lemak 32,81%;abu 2,31%, karbohidrat 5,88%, sedangkan kandungan gizi pada 100 g keju yang banyak dipasaran yaitu, 22,8 g protein, 25,5 g lemak, 0,4 mg zat besi, 0,06 mg vitamin B1, 155 RE vitamin A, dan 285 Cal energy. 6,7

Dangke merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Kandungan bakteri asam laktat (BAL) pada dangke kemungkinan cukup tinggi, hal ini karena dangke yang terbuat dari susu. BAL yang ada pada dangke yaitu Pediococcus acidalactici, Lactobacillus delbrueckii subsp., Limosilactobacillus fermentum, dan Lactiplantibacillus plantarum subsp. plantarum. Dangke yang diinkulasi oleh Lactiplantabillus plantarum subsp. plantarum memiliki waktu simpan selama 2 hari pada suhu ruang.2 Selain itu, pada dangke juga mengandung laktoperoksidase (LPO), karena LPO banyak ditemukan di susu. LPO dapat berfungsi sebagai anti mikroba. LPO mengkatalis oksidasi tiosianat oleh hydrogen peroksida menghasilkan hipotiosianit. Hipotiosianit merupakan senyawa yang bertanggung jawab untuk membunuh bakteri, jamur, dan virus dalam tubuh.3

Nah, itulah penjelasan mengenai keju dangke sebagai keju khas Indonesia. Gimana nih setelah membaca artikel di atas? Pastinya sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kan… Sobat Nutrilicious bisa banget nih.. untuk mencoba keju dangke agar tahu rasanya dan juga memperoleh manfaatnya. Namun, selalu ingat yaa, jangan sampai mengkonsumsinya secara berlebihan!!!

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Malaka R, Hatta W, Baco S. Evaluation of using edible coating and ripening on dangke, a traditional cheese of Indonesia. Food Res. 2017;1(2):51–6.
  2. Zakariah MA, Malaka R, Laga A, Ako A, Zakariah M, Mauliah FU. Quality and storage time of traditional dangke cheese inoculated with indigenous lactic acid bacteria isolated from Enrekang District, South Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas. 2022;23(6):3270–6.
  3. Al-Baarri ANM, Legowo AM, Arum SK, Hayakawa S. Extending Shelf Life of Indonesian Soft Milk Cheese (Dangke) by Lactoperoxidase System and Lysozyme. International Journal Food Scientific. 2018;2018:7.
  4. Sulmiyati S, Said NS. Karakteristik Dangke Susu Kerbau dengan Penambahan Crude Papain Kering. Agritech. 2018;38(3):345–52.
  5. Irfan M. Kualitas Mikrobiologis Dangke yang Dibuat Pada Berbagai Level Ekstrak Getah Pepaya dan Suhu Pemanasan. Jurnal Perbal. 2018;6(3):7–15.
  6. Marzoeki, A.M. dkk, 1978. Penelitian Peningkatan Mutu Dangke. Balai Penelitian Kimia Ujung Pandang.
  7. El-Bakry, Beninati FM, Duggan E, O’Riordan ED, O’Sullivan M. Reducing salt in imitation cheese: Effects on manufacture and functional properties. Food Res Int. 2011;44(2):589–596.

 

“To insure good health: eat lightly, breathe deeply, live moderately, cultivate cheerfulness, and maintain an interest in life.” – William Londen

Bidang Penelitian, Penalaran, dan Keilmuan
Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi