[GIZIKLOPEDIA]
[Seputar Info : Giziklopedia Minyak Ajaib dari Nusantara]
Hai, Nutrilicious! Kembali lagi Bersama Giziklopedia bulan September ceria <3
Siapa di antara sobat Nutrilicious yang pernah mendengar adanya Minyak Sawit Merah (MSM) atau Red Palm Oil (RPO)? Sepertinya, minyak sawit merah masih terdengar asing di telinga ya, sobat? Beberapa bulan yang lalu, minyak sawit merah sudah banyak diperbincangkan oleh masyarakat karena keunikannya seperti warnanya yang mencolok dan berbeda daripada minyak sawit yang umumnya dijual di pasaran. Selain itu, masyarakat banyak bertanya-tanya terkait keamanan saat mengonsumsi RPO. Kira-kira aman gak ya untuk dikonsumsi sehari-hari? Untuk tau lebih jelasnya, yuk simak artikel di bawah ini!
Indonesia menduduki peringkat ke-15 teratas prevalensi Kekurangan Vitamin A (KVA) tertinggi pada tahun 2020 dalam kategori anak dan balita berdasarkan WHO dengan angka sebesar 5,5%, sedangkan dalam kategori ibu hamil prevalensi Kekurangan Vitamin A (KVA) menduduki peringkat ke-18 tertinggi dengan angka sebesar 4,5%. Hadirnya inovasi Minyak Sawit Merah dapat dijadikan sebuah pangan fungsional untuk membantu mengurangi tingginya prevalensi KVA di Indonesia.
Mengenal lebih dekat dengan MSM
Minyak Sawit Merah (MSM) atau refined palm oil merupakan produk dari curde palm oil. Curde Palm Oil 1 Oleh karena itu, minyak sawit merah memiliki warna yang mencolok dan memiliki aroma yang kuat dan khas. Sama seperti namanya, MSM memiliki warna merah pekat tidak seperti minyak sawit pada umumnya yang berwarna kuning. Hal tersebut dikarenakan MSM merupakan salah satu produk yang masih mempertahankan kandungan karoten di dalamnya dengan kadar yang tinggi. Sumber utama karotenoid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan beberapa juga dapat ditemukan pada hewan-hewan herbivora.2
Kandungan Senyawa Bioaktif MSM
Minyak Sawit Merah (MSM) mengandung karoten yakni sebagai pigmen yang memberikan warna kuning, jingga, hingga merah. Selain kandungan karoten, MSM juga mengandung tokoferol, tokotrietenol, beta karoten, dan minyak squalene. Tokoferol serta tokotrienol merupakan bagian dari vitamin E yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan paling sering berada dalam sistem sirkulasi. Vitamin E dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif, sumber antioksidan, regulasi sinyal seluler, poliferasi sel, ekspresi gen, serta memicu radikal peroksil lipid oleh sumbangan atom Reactive Oxygen Species (ROS) nya.3 Beta karoten berperan sebagai antioksidan dalam tubuh, sumber vitamin A yang baik untuk kesehatan, menangkap radikal bebas, serta dapat melindungi sel dari proses kerusakan. MSM sendiri terbukti memiliki kandungan beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan wortel, bayam, pepaya, dan tomat.1
Berdasarkan website palmonilia.asia, diketahui kandungan karoten pada MSM sebesar 753 ppm, vitamin E sebesar 1016 ppm, serta minyak squalene sebesar 348 ppm. Ketiga kandungan tersebut lebih besar dibandingkan Curde Palm Oil, minyak goreng komersial, serta minyak zaitun pada volume yang sama.
Kesimpulan
Minyak Sawit Merah (MSM) atau Red Palm Oil (RPO) merupakan minyak sawit yang tidak melalui proses tahapan selanjutnya setelah tahapan penyulingan. MSM memiliki kadar katotenoid yang jauh lebih tinggi dibandingkan minyak sawit pada umumnya. MSM diproses tanpa melalui proses bleaching (pemutihan) dan deodorization (penghilangan bau) sehingga memiliki kandungan beta karoten yang sangat tinggi. Berdasarkan manfaat yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa minyak sawit merah aman untuk dikonsumsi sehari-hari dalam jumlah yang tentunya cukup.
Daftar Pustaka
- Marliyati SA, Rimbawan, Harianti R. Karakteristik fisikokimia dan fungsional minyak sawit merah. The Journal of Indonesian Community Nutrition. 2021;10(12):83-94.
- Maryuningsih RD, Nurtama B, Wulandari N. Pemanfaatan karotenoid minyak sawit merah untuk mendukung penanggulangan masalah kekurangan vitamin A di Indonesia. Jurnal Pangan. 2021;30(1):65-74.
- Harlen WC, Muchtadi T, Palupi NS. Bioavailabilitas alfa tokoferol minuman emulsi minyak sawit dalam plasma darah dan hati tikus (Rattus norvegicus). Jurnal AGRITECH. 2017;37(3):352-361.
“Food is symbolic of love when words are inadequate.”
– Alan D. Wolfelt
Bidang Penelitian, Penalaran, dan Keilmuan
Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi